Jumat, 09 Januari 2015

Pak Darto Jualan Mainan Keliling , Siapa Mau Ikut


Darto dan mainan yang dijual

Jepara – Bagi Darto warga Kosono kecamatan Kedung berjualan mainan keliling bukanlah pekerjaan pilihan. Namun karena musibah yang menerpa kini ia beralih profesi jualan mainan tradisional. Mainan itu produksi warga desa Karanganyar kecamatan Welahan . Ada kitiran , bebek-bebekan , trothokan dan engkek-engkekan.
Setiap pagi hari ia berjualan di pasar Jepara. Sedangkan jika siang ia keliling kampung di seputaran kota Jepara. Dengan mengendarai sepeda motor ia berangkat dari desa. Waktu tempuh rumahnya dengan pasar Jepara dibutuhkan waktu sekitar 30 menit.
“ Alhamdulillah meski tidak banyak ya bisa tambah-tambah untuk belanja sehari-hari. Dulu saya tukang kayu namun karena musibah terjatuh ada tulang yang retak . Dokter menyarankan tidak kerja berat “, kata Pak Darto pada kabarseputarmuria.com.
Darto mengatakan , sebelumnya ia kerja sebagai tukang kayu. Membuat berbagai macam mebeler. Meskipun tidak banyak namun penghasilannya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Suatu ketika ia terjatuh terpeleset hendak mandi. Meskipun kejadiannya sepele namun membuat tulang tangannya retak. Kerja tukang sudah tidak mampu lagi.
“ Awalnya saya galau melihat kondisi itu. Namun saya berpikir bagaimana untuk kelangsungan kehidupan keluarga saya. Saya akhirnya dolan ke rumah saya dulu di Karanganyar. Akhirnya terpikir untuk berjualan mainan dari sana “, tukas Darto.
Pertama jualan rasanya kikuk karena tak terbiasa. Setelah berjalan beberapa hari barulah terasa nyaman berjualan mainan. Ada rasa malu awalnya karena tidak biasa berkeliling. Dulu setiap hari kerja di rumah atau merantau ke tempat jauh. Kini harus berkeliling setiap hari bertemu banyak orang .
“ Prinsip saya,  kerja yang saya lakukan ini adalah demi menghidupi keluarga. Apapun rintangannya harus saya kalahkan. Alhamdulillah sekarang saya sudah terbiasa jualan seperti ini.”,tambahnya
Dari berjualan mainan ini pak Darto mengaku sehari bisa membawa keuntungan bersih Rp 35 ribu – Rp 50 ribu. Sehingga apapun rintangannya jika badannya sehat ia selalu berangkat berjualan. Kendala yang utamnya jika jualan adalah jika hujan datang . Jalan-jalan sepi dan tidak banyak anak-anak yang keluar dari rumah. (Muin)

Pak Raki Dari Jepara Mendapatkan Uang Ajak Anak-anak Keliling Naik Kereta


 

Raki ajak jalan-jalan anak-anak

Jepara – Hidup dalam jaman yang serba modern ini orang dituntut untuk kreatif. Seperti halnya Raki (45) warga desa Dongos kecamatan Kedung kabupaten Jepara. Dengan mengajak jalan-jalan anak orang ia mendapat uang setiap harinya. Mengapa ?
Ya setiap hari dia bekerja sebagai sopir kereta mini . Dengan mengajak anak-anak keliling kampung dia mendapatkan uang. Setiap hari ia berpindah dari desa satu ke desa lainnya. Bermodal kendaraan roda tiga sewaan ia mengais rupiah setiap harinya.
“ Ya sekali naik atau sekali jalan Rp 1.000, namun ada pula yang langsung dua kali kali jalan jadinya ya Rp 2.000. Jika sekali jalan penuh hasilnya juga lumayan “, kata Raki padakabarseputarmuria.com
Raki mengatakan , setahun yang lalu dia mengoperasikan kereta mini bergambar naga. Namun karena bentuknya terlalu panjang maka menyulitkan untuk masuk kampung. Oleh karena bosnya mempunyai kereta mini roda tiga maka iapun menyewa system harian.
“ Kalau pakai kereta roda tiga ini lebih praktis cara bawanya . Masuk gang-gang sempit tidak kesulitan. Sehingga bisa menarik anak-anak untuk naik ke kereta roda tiga ini “, lanjut Raki.
Sewa kereta mini sehari taripnya Rp 75 ribu ditambah bensin sehari habis Rp 25 ribu . Jadi pengeluaran seharinya sekitar Rp 100 ribu. Dari anak-anak yang naik kereta mininya Raki mengaku sehari bisa dapat Rp 200 ribu – Rp 250 ribu. Jika dikurangi dengan pengeluaran diatas penghasilan bersih Raki antara Rp 100 ribu – Rp 150 ribu.
Dari mengoperasikan kereta mini roda tiga itu Raki mengaku bisa member belanja istrinya sehari-hari. Selain itu juga bisa membiayai anak-anaknya sekolah. Oleh karena itu setiap hari dia selalu keliling dari desa satu ke desa lainnya. Jika ada anak bergerombol iapun menghampirinya untuk diajak jalan-jalan.
“ Sekarang jalan di desa sudah mulus di betonisasi sehingga perjalanan kereta cukup lancar. Sehingga kereta bisa berjalan cepat dan kondisi keretapun awet “, tambah Raki.
Di waktu-waktu tertentu Kereta Mini Raki disewa oleh sekolan Taman Kanak-kanak atau PAUD. Mereka mengajak siswa-siswinya untuk jalan-jalan ke tempat wisata. Sehari keretanya di boking untuk mengantarkan jalan-jalan ke tempat wisata yang di tentukan.
“ Ya kadang ke pantai Kartini Jepara , kadang juga ke pantai Teluk awur Jepara. Nah kalau ini rejeki nomplok tidak usah keliling-keliling sudah ada orderan datang dan hasilnyapun lumayan “, kata Raki lagi. (Muin)

Berjualan Keliling Makanan Hasilnya Menjanjikan Silakan di Coba


 

Bang Miko Layani pelanggannya

Demak – Saat ini peluang usaha yang masih menjanjikan adalah jualan atau berdagang. Namun demikian tidak semua orang melirik usaha ini apalagi yang berpendidikan atau mempunyai ijasah. Mereka lebih senang bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai swasta. Padahal peluang kerja sebagai PNS cukup kecil.
Itulah yang mendorong bang Miko warga desa Kedungmutih kecamatan Wedung ini membuka usaha jualan makanan keliling. Dengan modal yang tidak begitu besar . Dia jualan makanan keliling dengan jam kerja bebas dan hasilnya cukup lumayan. Setiap hari ia keliling kampung di desanya juga desa tetangga.
“ Kalau di hitung-hitung saya kerja sebagai penjual keliling ini sudah lebih 5 tahun. Awalnya saya ikut orang menjualkan sio may orang Bandung. Namun setelah punya pelanggan sayapun kemudian membuat sendiri dan saya kelilingkan “, aku Miko yang asli Solo pada kabarseputarmuria.
Dia awalnya merantau di Semarang ikut orang Bandung jualan sio may. Ketika itu ia  belum berpengalaman sehingga perlu belajar banyak dengan teman-temannya. Selama di Semarang itu selain berjualan keliling iapun menyempatkan diri untuk melihat cara pembuatan sio may. Mulai bahan , bumbu serta cara membuatnya.
“ Nah ketika jalan-jalan ke Kudus itulah saya bertemu dengan istri saya orang Demak . Sehingga habis nikah saya pindah ke rumah istri di Demak . Mertua jualan ikan dan tetangga kerja sebagai petambak dan nelayan . Karena saya sudah punya kerja ya saya jualan makanan keliling di Demak “, ungkap Miko.
Menurut Miko ada berbagai peluang untuk jualan makanan keliling. Diantaranya sio may , Bakso bakar , sosis dan masih banyak lagi yang lain. Jualan sio may misalnya modal yang dibutuhkan kurang dari lima ratus ribu. Bahan yang dibutuhkan misalnya tahu, sayuran, telor , kentang . Sedangkan bumbunya ada bumbu dapur komplit, kacang tanah, gula merah dan kecap. Cara membuatnya cukup mudah semua bahan di rebus , sedangkan bumbu diracik seperti membuat sambal.
“ Setelah semua matang dagangan ditempatkan dalam , wadah kotak kaca . Kotak itu di tempatkan di belakang sepeda motor . Di dalamnya ada kompor dan juga tempat memasak untuk menghangatkan. Kotak bisa dipesan pada tukang kayu”, papar Miko.
Lebih mudah lagi jika berjualan bakso goreng. Kita bisa membuat adonan bakso dengan menggilingkan daging dan tepung sesuai dengan keinginan. Sampai di rumah adonan itu dibuat bulatan-bulatan bakso besar dan kecil. Bumbupun di ramu dengan bahan bahan bumbu dapur ditambah saus dan kecap. Untuk penjualan kita tinggal membakar diatas kompor dan diberi bumbu 
“ Sekarang saya jualan bakso goreng keliling. Sio May kelihatannya sudah jenuh. Nah kalau bakso goreng ini lebih mudah pembuatannya. Untungnya cukup lumayan dan kerjanya juga ringan “, tutur Miko.
Seharian jualan keliling Miko mengaku berpenghasilan Rp 60 ribu – 100 ribu setiap hari. Oleh karenanya selain untuk belanja kebutuhan di rumah ia masih bisa menyisakan penghasilan untuk di tabung. Oleh karena itu bagi yang belum mempunyai pekerjaan atau cari sambilan pekerjaan bisa melirik usaha jualan keliling ini.
“ Jika malu di desa sendiri ya coba keluar dari desa . Memang kendala yang besar pada usaha jualan keliling ini adalah rasa malu. Apalagi jika awal-awal membuka usaha pasti banyak rintangannya “, tutup Miko. (Muin)






Mengeruk Uang dari Berjualan Alat Kebersihan Keliling


 

Pak Tris dan Pembantunya

Jepara – Bagi Sutrisno warga desa Teluk Wetan kecamatan Pecangaan sekolah tinggi bukan jaminan untuk sukses dalam usaha. Oleh karena itu meski ia tidak sekolah tinggi . Berkat  ketekunannya dalam berusaha ia bisa mengantarkan putranya mengikuti sukses jejak bisnisnya. Puluhan tahun ia berjulalan keliling perabotan kebersihan dan perabotan dari plastic.
“ Ya kalau dihitung saya jualan keliling sudah hampir tiga puluh tahun. Dulu sebelum ada mobil saya pernah naik sepeda dan  juga sepeda motor. Keliling-keliling setiap hari ya hujan ya kepanasan terus jalan “, kenang pak Trisno pada kabarseputarmuria di pasar baru desa Kedungmutih.
Trisno mengisahkan, awalnya ia hanya penjual sapu kelud, sulak ,dan gas untuk mengisi korek. Dengan menggunakan sepeda motor tua iapun menyambangi pasar-pasar tradisional diseputaran Jepara. Berangkat pagi hari habis subuh dan pulangnya maghrib menjelang kadang juga larut malam. Pada waktu itu belum banyak yang membuka usaha seperti dirinya. Sehingga rezekipun mengalir deras untuk keluarganya.
“ Nah setelah beberapa tahun membuka usaha keliling itu usaha saya semakin berkembang. Selain kulakan perabotan dari para tetangga sayapun di rumah juga membuat sendiri di bantu anak-anak . Terutama sulak bulu, sulak plastic dan juga sapu ijuk maupun sapu dari kulit buah kelapa “, kata Pak Trisno.

Usaha penjualan perabotan pak Trisno semakin maju . Dari naik sepeda onthel , berganti sepeda motor dan setelah itu bisa membeli mobil tua. Dengan ider naik mobil itulah daerah pemasarn semakin berkembang . Daerah Jepara , Demak sampai dengan Kudus ia jelajahi setiap hari. Dengan dibantu anak-anaknya yang bertambah lancar.

Turunkan keahlian pada anak
“ Nah dengan mengajak anak-anak ikut ider itulah saya seperti mengajari mereka untuk berusaha jualan ini. Setiap kali ider saya ajari teknik menawarkan dagangan,mengatur dagangan dan juga menarik pembeli . Inilah pelajaran yang tidak ada di sekolah “.
Dari pengalamannya mengajak anak-anak itulah sekarang dua anaknya menuruni pekerjaannya sebagai penjual keliling seperti dirinya. Dua anaknya sudah dewasa dan keliling menjual perabotan plastic dan alat kebersihan dengan daerah pemasaran berbeda. Dua anaknya menggunakan kendaraan roda tiga ditemani satu orang pembantu setiap hari berkeliling ke pasar-pasar dan toko-toko.
“ Alhamdulillah dua anak saya berprofesi sama dengan saya. Mereka melihat bahwa usaha penjualan alat kebersihan ini masih prospektif. Saya berharap ke depan usahanya lebih maju dari saya “, kata Pak Trisno.
Selama puluhan tahun berjualan keliling sudah banyak yang didapatkan untuk keluarganya . Selain anak-anak yang tumbuh dewasa juga untuk membangun rumah dan mencukupi kebutuhan keluarga. Selain itu ia kini tidak menarik mobil tua lagi namun sudah berganti mobil baru sehingga jalannya lebih cepat dari yang dulu . (Muin)


Jaga Conter Modalnya Kejujuran


Jalil penjaga Conter


Jepara – Bekerja adalah kata-kata yang terngiang bagi remaja yang tidak lagi menempuh pendidikan atau sekolah. Beragam pekerjaan bisa ditekuni dan menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Susah dan senang pekerjaan harus dijalani, meski kadang kepanasan, kehujanan bahkan kelelahan.Semua itu dilakukan demi untuk menjalani kehidupan cerah di masa yang akan datang.
“ Terus terang saya kerja karena terbentur biaya untuk melanjutkan sekolah. Daripada nganggur di rumah tak ada kegiatan ada yang nawari kerja di conter ya saya coba “, terang Jalil (21) warga desa Kaliombo kecamatan Pecangaan pada kabarseputarmuria.
Memang ada keinginan untuk melanjutkan sekolah namun karena ketiadaan biaya mendamparkan ia bekerja sebagai penjaga konter seluler dan Foto Copy di desa Karangaji kecamatan Kedung. Dengan berbekal kejujuran iapun  menjalani pekerjaan dengan penuh kerajinan. Empat tahun sudah ia jalani pekerjaan dengan senang hati.
“ Awalnya saya dibayar per minggu 175 ribu. Namun akhir-akhir ini saya minta naikkan Rp 200 ribu perminggu pada bos. Bos setuju karena selain menjaga conter saya juga dipasrahi keuangan untuk bayar sales atau belanja barang “, aku Jalil.


Jalil mengatakan , semua hasil penjualan barang, pulsa dan jasa foto copy setiap hari dia yang pegang. Sehingga apapun yang terjadi ia bisa lakukan . Namun demikian ia tidak memanfaatkan kesempatan itu. Setiap bos datang iapun laporan kondisi keuangan dan usaha. Jika ada uang lebih kadang di bawa bos. Sisanya diserahkan kepadanya kembali untuk bayar sales dan belanja barang.
“ Jadi untuk upah  saya ngambil sendiri dari kotak ini , nanti selebihnya saya serahkan pada bos atau untuk belanja dagangan kembali. Jadi jika saya mau nakal bisa ambil uang semaunya saya. Tapi saya tak mau itu rejeki haram tidak akan berkah “, tambah Jalil.
Dari menjadi penjaga conter selama 4 tahun itu. Jalil mendapatkan banyak pelajaran . Diantaranya bagaimana melayani pelanggan, kulakan dagangan, sampai dengan mengatur keuangan conter. Pengalaman itu nantinya akan dipraktekkan untuk membuka usaha sendiri. Jika modalnya cukup untuk buka conter ia berencana untuk pamitan dengan bosnya.
“ Ya rencananya kalau memang udah ada modal ingin buka conter sendiri pak. Namun sekarang belum cukup ya terus kerja disini menunggu tabungan lebih banyak lagi. Toh sayapun masih kerasan kerja disini karena bos seperti keluarga sendiri “, kata Jalil mengakhiri perbincangan. (Muin)


Servis Sepeda Motor Usaha Yang Menjanjikan di Desa


 


Jepara – Pepatah lama mengatakan Di situ ada kemauan pasti ada jalan.  Antok warga desa Panggung kecamatan Kedung mengamini pepatah itu. Dengan kemauan yang keras meski tidak sekolah otomotif atau kursus . Kini ia bisa membuka usaha bengkel motor di rumahnya. Segala jenis motor ia bisa tangani selain itu ia juga membuka jasa tambal ban.
“ Saya tidak mempunyai ijasah sekolah bengkel , sekolahpun hanya lulusan SMP . Tetapi karena saja berusaha untuk bisa akhirnya saya bisa buka bengkel sendiri di rumah saya ini “, aku Antok pada kabarseputarmuria.com di rumahnya desa Panggung tepatnya pinggir jalan raya Kedungmalang – Jepara.
Antok mengatakan sebelum membuka usaha sendiri di rumahnya , ia pernah kerja di bengkel motor orang. Ketika itu ia baru lulus SMP dan tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah. Ketika itu ia telah kehilangan bapaknya, sehingga ibunya tidak mampu membiayai. Meskipun dengan bayaran yang tidak begitu banyak ia terima tawaran kerja di bengkel.
“ Karena tidak mempunyai keahlian maka ia awalnya sebagai kenek. Tugasnya membantu yaitu mengambilkan peralatan dan tugas ringan lainnya. Misalnya membuka bagian motor atau mengembalikan seperti semula. “, kata Antok.
Antok sedang menservis sepeda motor 

Setiap harinya meski menjadi kenek ia terus memperhatikan kerja atasannya. Dari memperhatikan setiap hari itulah ia mulai bisa mengatasi kerusakan motor sedikit-sedikit. Begitu seterusnya ia perhatikan cara mengatasi kerusakan mesin motor dari berbagai sebab. Setelah lebih 4 tahun bekerja iapun mulai diserahi pekerjaan untuk memperbaiki mesin motor.
“ Nah setelah saya rasa cukup dan bisa menguasai kerusakan motor , sayapun pamit pada bos. Sampai di rumah sayapun mulai membuka usaha bengkel dan tambal ban motor dengan modal seadanya “, tambah Antok
Dengan modal tambahan dari Koperasi iapun mulai memperbesar bengkelnya dengan menyediakan onderdil bekas pakai. Ada ban , pelek , rantai dan asesoris motor lainnya. Sehingga pemasukan tidak saja dari usaha servis motor dan tambal ban namun juga dari keuntungan penjualan onderdil motor. Pelanggannyapun dari waktu ke waktu semakin banyak terutama anak-anak muda.
Dari membuka usaha bengkel dan penjualan onderdil ini Antok mengaku bisa menghidupi keluarganya. Selain itu juga bisa memperbesar usahanya . Oleh karena itu dia berpesan kepada siapa saja yang ingin membuka usaha harus ada kemauan yang keras. Meski dirinya tidak dibekali dengan ilmu dari sekolah atau kursus , namun karena ada kemauan nyatanya bisa berhasil.(Muin)

Jualan Cobek Batu dan Muntu



Cobek batu dan huleg-huleg atau muntu
Demak – Bagi sebagian orang sambal merupakan bumbu masak yang masih dicari . Terutama untuk menemani ikan asin , ikan goreng, atau yang lainnya sebagai teman makan nasi. Meski saat ini sudah banyak dijual sambal pedas instan , namun sambal buatan sendiri masih mendominasi. Untuk membuat sambal selain bahan juga diperlukan alat yaitu cobek dan muntunya.

Dengan masih populernya sambal itulah maka perlatan cobek masih laku di pasaran. Dulu sebelum ada cobek dari batu orang membuat sambal dari cobek tanah , Sebagian lagi ada juga yang membuat cobek dari bahan kayu. Namun demikian sampai saat ini sobek dari batu masih menjadi andalan. Baik di dapur rumah tangga atau di warung-warung makan besar.

Karena kepopuleran cobek dari batu itulah maka alat dapur ini setiap waktu bisa kita jumpai di pasar-pasar tradisional. Selain itu cobek-cobek dari batu ini juga di jajakan keliling kampung untuk mendekati para pembelinya. Ukuran cobek ini mulai dari yang kecil sedang sampai yang besar.

“ Untuk ya umum ya yang ukuran sedang ini , sedang yang besar lebar ini biasnya untuk meramu bumbu di warung makan atau jasa catering. Ya meski berat cara membawanya yang namanya bekerja ya jadi ringan “, aku Bang Diman (bukan nama sebenarnya) pedagang cobek yang mengaku berasal dari Jawa Timur yang ditemui kabarseputarmuria.com di pasar baru desa Kedungmutih.

Mang Diman mengaku ia datang dengan teman-temannya berombongan nyarter truk besar yang berisi cobek , muntu , dan peralatan dari batu lainnya. Barang perabotan itu ditempatkan di kontrakan di daerah Jepara. Teman-temannya berjumlah 20 orang kemudian menjual secara keliling ke pasar-pasar tradisional diseputaran  Jepara dan Demak.

“ Ya  lumayan mas sehari bisa terjual 15 – 20 cobek dari batu ini. Saya dari bos ngambil untung Rp 5 – 10 ribu setiap satu cobek tergantung besar dan kecilnya. Ada kala ramai ada kalanya sepi paling tidak ya kita sebulan ider disini nanti pindah tempat lagi “, tambah mang Diman.

Ibu Hayaroh asal desa Kedungmutih mengaku masih menggunakan cobek untuk meramu bumbu masak dan juga membuat sambal. Di rumah memang sudah cobek dari kayu tetapi cobek dari batu lebih mantap. Selain itu hasil ulegan bumbunya juga halus. Meski agak mahal harganya namun dipakainhya lama asal tidak jatuh ke lantai. (Muin)