Kamis, 05 Maret 2015

Pak Fathoni Bergelut dengan Mainan Tradisional dari Kipas Putar Hingga Lele-Lelean

Pak Fathoni sedang mengepak mainan tarik

Di tengah dominasi aneka mainan modern, produk mainan tradisional anak masih bertahan. Salah satu sentra mainan tradisional ini berada di Desa Karanganyar, Kecamatan Welahan, Jepara, Jawa Tengah.

Hampir semua warga desa berprofesi sebagai pengrajin mainan tradisional anak, seperti kitiran dan hewan-hewanan yang bisa berjalan jika dilepaskan talinya.Yang lazim disebut mainan tarik.

Desa Karanganyar berada di sebelah selatan pusat Kabupaten Jepara. Perjalanan menuju desa ini bisa ditempuh kendaraan bermotor dengan jarak tempuh sekitar dua jam.

Desa ini berada di ujung Jepara karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak. Jarak tempuh dari Mijen Demak malah lebih dekat, hanya sekitar 15 menit.

Salah seorang pengrajin mainan anak, Fathoni  bilang, sentra mainan anak di Karanganyar telah berdiri sejak 1985. Saat ini, hampir semua warga Desa Karanganyar menggeluti kerajinan mainan.

Namun, hanya sekitar 20 pengrajin yang memiliki modal. Nah, mereka inilah yang mempekerjakan warga desa membuat mainan anak. “Warga menjadi karyawan di sini,” katanya.




Sebagian dari mereka ada yang membuka bengkel kerja sekaligus toko mainan di halaman rumah. Namun, sebagian lagi ada yang membuat mainan untuk dikirim ke luar kota, bahkan ke luar negeri.

Fathoni , misalnya, menggunakan halaman depan rumahnya untuk membuat mainan anak. Di rumah ini, terdapat pelbagai bahan baku mainan, seperti spon dan bambu. Produk mainan yang tidak dijual langsung, karena semuanya pesanan. “Selain pesanan saya  melayani pembelian di rumah,” ujarnya.


Fathoni  membuat sepuluh jenis mainan. Antara lain, kitiran, lele-lelean, tikus-tikusan, dan mainan kipas putar. Harganya bervariasi, mulai Rp 1.000 - Rp 1.300 per piece

. “Harga mainan ini naik Rp 200 setelah Lebaran lalu lantaran harga bahan baku juga naik,” katanya.

Dari masing-masing jenis mainan, Fathoni  mengaku bisa membuat hingga 1.000 pieces per bulan. Jadi, dalam sebulan, ia bisa memproduksi hingga 6.000 mainan.

 “ Mainan saya ini sudah merambah ke seluruh Indonesia. Selain kami jual secara langsung mainan ini juga ada yang memasarkan secara On- Line . " tambah pak Fathoni.

Nah bagi anda dimana saja berada jika ingin membeli mainan murah dari desa Karanganyar kecamatan Welahan ini dapat menghubungi no Hp 085 641 629 350  (Muin)




Mbah Sidik Puluhan Tahun Jadi Tenaga Pemecah Batu

Mbah Sidik sedang Beristirahat

Hidup adalah perjuangan itulah yang selalu dikatakan oleh Sidik (58) warga desa Rajekwesi kecamatan Mayong kabupaten Jepara . Oleh karena itu meski puluhan tahun jadi kuli pemecah batu namun profesi itu ditekuninyan sampai sekarang.

Berawal dari dibukanya usaha penggalian batu di desanya ia ikut terjun jadi kuli pemecah batu , pada waktu itu ia berumur 15 tahun. Sampai dengan berumah tangga dan mempunyai anak satu iapun masih bekerja sebagai gukang batu , sampai usaha itu ditutup karena batunya habis.

“ Nah setelah penggalian batu di desa saya tidak ada , barulah saya mulai keliling kampung menawarkan jasa pukul batu . Hampir semua desa disekitar sini sudah saya masuki “, ujar Sidik pada kabarseputarmuria yang menemuinya

Sidik mengemukakan, bekerja sebagai kuli pemecah batu modal utamanya adalah tenaga sehingga jika badannya sehat ia pasti keluar rumah untuk mencari order memecahkan batu. Dengan  sepeda motor tuanya ia berkeliling dari desa satu ke desa lainnya mencari tumpukan batu yang akan dibuat bangunan, misalnya pondasi rumah,gorong-gorong,atau bangunan lainnya.

Jika menemukan tumpukan batu iapun berhenti dan menanyakan apakah batu itu akan dipecahkan . Setelah ada kesepakatan tentang harga maka batupun ia pecahkan dengan menggunakan palu besar yang ia bawa setiap hari. Dia tidak memilih-milih , berapapun  rit batu ia pecahkan.


“ Upah pecah batu saat ini setiap ritnya Rp 40 ribu , setiap hari tidak tentu kadang bisa 3 rit , 2 rit atau 1 rit . Setiap hari meski 1 rit saya bisa membawa pulang uang “, aku Pak Sidik ketika beristirahat .
Daerah jangkauan pak Sidik selain kecamatan Pecangaan, Kecamatan Kedung, kecamatan Welahan dan Kecamatan Wedung. Untuk kecamatan Wedung ia sampai desa Menco , Babalan, Kedungmutih , Kedungkarang, Tedunan dan yang lainnya.

 Setiap hari ia pasti keluar rumah dengan sepeda motornya menyusuri desa-desa pesisir menawarkan jasa untuk pecah batu. Dia yakin dengan usahanya itu ia bisa menghasilkan uang untuk keperluan keluarganya.

“ Alhamdulillah jika dihitung sudah 30 tahun lebih saya bekerja sebagai kuli pemecah batu. Meski sedikit penghasilannya setiap hari selalu ada “, aku Pak Sidik.

Dalam bekerja pak Sidik hanya mempergunakan alat palu besar saja , namun karena ketrampilannya ia bisa memecahkan batu sebesar apapun menjadi pecahan-pecahan kecil untuk bahan bangunan. Oleh karena itu melihat batu batu besar yang berserakan dan ingin dipergunakan untuk membuat pondasi atau lainnya itu menjadi tugasnya sehari-hari.

“ Nah bagi siapa saja yang ingin memecahkan batu bisa memanggil saya , utamanya daerah seputaran pesisir Kedung dan Wedung “, kata Pak Sidik berpromosi sambil menunjukkan no HP yang bisa di hubungi 085 325 342 845. (Muin)


Selasa, 03 Maret 2015

Berjuang Hidup Untuk Keluarga Dari Jahit Sepatu Dan Servis Payung

Pak Sunarlan 

Bagi Sunarlan warga desa Pelang kecamatan Mayong kabupaten Jepara kerja adalah suatu kewajiban. Oleh karena itu setiap hari jika badan sehat dengan sepeda bututnya ia keluar rumah berkeliling menawarkan jasa. Dengan jarak tempuh lebih 10 km bahkan lebih tidak dirasakan suatu yang memberatkan.

“ Kalau di hitung saya kerja keliling jahit sepatu , sandal dan juga reparasi payung sudah lebih dua puluh tahun. Dari rumah ya naik sepeda onthel sejak dulu hingga sekarang “, aku Sunarlan.

Sunarlan mengatakan menjual jasa jahit dan sepatu dilakoni dengan senang hati . Selain tidak ada modal untuk kerja lainnya juga hasilnya sudah cukup untuk menghidupi keluarganya.Oleh karena itu iapun tidak melirik pekerjaan lainnya.

“ Penginnya sih kerja yang lebih ringan dengan hasil yang banyak . Tetapi gimana lagi bisanya njahit sepatu dan reparasi payung ya saya jalani . Soal hasilnya relative bagi saya ya cukuplah untuk belanja sehari-hari “, kata Sunarlan.

Menurut Sunarlan usaha jahit sepatu dan reparasi membutuhkan ketekunan tersendiri . Oleh karena itu setiap hari ia menyambangi desa-desa yang jadi pelanggannya. Sejak dulu hingga sekarang ia keliling di desa pesisir Demak dan Jepara.

Desa yang ia sambangi di pesisir Demak diantaranya desa Tedunan , Kendalasem, Kedungkarang, Kedungmutih , Babalan dan Menco. Sedangkan desa pesisir di Jepara misalnya desa Karangaji, Kedungmalang, Panggung, Surodadi sampai dengan Bulak Baru. Dengan sepeda tuanya itu ia menyusuri gang-gang sempit untuk menjemput order.

“ Kerja seperti saya ini yang penting keluar rumah pasti dapat uang . Soal banyak sedikit itu tergantung yang diatas . Oleh karena itu jika badan saya sehat saya pasti keluar rumah untuk cari upo “, kata pak Sunarlan.

Upah menjahit Sepatu , sandal atau mereparasi payung taripnya ditentukan dari pekerjaan. Semakin lama  dan semakin sulit pengerjaannya maka upahnya juga banyak. Namun untuk sekali jahit atau reparasi paling sedikit dia mengantongi Rp 5.000,-. Jika yang dijahit banyak maka upahnya bisa sampai Rp 10 – 15 ribu.

Begitu juga ketika dia mereparasi payung , upah yang ia terima berkisar Rp Rp 10 – 20 ribu . Untuk payung biasanya ongkosnya lebih banyak karena selain mereparasi juga dia mengganti spare part yang rusak. Sprare part itu biasanya dari payung-payung bekas yang kadang ia tidak beli.

“ Ya kalau ramai sehari bisa bawa pulang uang Rp 75 ribu , tetapi jika sepi ya Rp 25 ribu dapat. Berapapun  kami terima semua itu rejeki dari Allah SWT. Yang penting badan sehat Mas sudah syukur “, kata pak Narlan . (Muin).






Senin, 02 Maret 2015

Mengaji Alqur'an Sistem Sorogan di Desa Kedungmutih

Plat Nomor Kendaraanpun Membawa Rejeki Karena Dimodifikasi

 
Bang Harno memasang plat nomor yang telah dimodifikasi
Suharno (45) warga Jepara  membuka usaha reklame , plat nomor merupakan rezeki tersendiri baginya karena dari plat nomor itulah dia bisa menghidupi keluarganya . Setiap hari setidaknya Rp 60.000,- - 80.000,- dia dapat keuntungan dengan memodifikasi plat nomor kendaraan roda dua atau roda empat.
Dengan ketrampilan yang didapatkan dari ikut orang dalam usaha yang sama , ditambah bahan baku seperti cat, mur baut dan juga lembaran seng dia menyulap nomor plat nomor polisi kendaraan roda dua maupun empat model biasa menjadi nyeni dan enak dilihat. 
Bagi yang tidak mempunyai jiwa seni atau maliter ( istilah jawanya) Nopol kendaraan yang didapatkan dari kantor samsat dipasang begitu saja tanpa sentuhan seni , namun bagi yang maliter setelah dapat nopol maka nopol tersebut dibawa ke tukang modifikasi dulu setelah di kasih tambahan plat besi dan cat ulang baru dipasang .

Bang Harno yang membuka kios kecil pinggir jalan di sebelah utara Stadion Kamal Junaidi mengatakan usaha yang ditekuni lima tahunan ini lumayan hasilnya , setiap hari pasti ada orang yang memodifikasikan nopol kendaraannya . Untuk tarif tanpa cat ukuran kendaraan roda dua Rp 15.000,- jika ditambah cat baru Rp 25.000 ,- , jika untuk kendaraan roda empat ongkosnya dua kali lipatnya.
Selain menerima modifikasi nopol kendaraan dia juga membuat replica nopol kendaraan roda dua atau roda empat kecil yang dipasang di kunci kendaraan , membuat papan nama , dan juga stempel. Namun dia mengaku yang ramai orderan biasanya memodifikasi nopol kendaraan baik roda dua maupun empat. Saking ramainya pernah pekerjaan itu harus ditinggalkan oleh si pemilik dan dia kerjakan dirumah bersama satu orang pegawainya yang membuka lapak tepat didepan rumahnya .


“ Pertama membuka kios di rumah Alhamdulillah orderan lancar maka sayapun merekrut satu orang untuk saya ajari memodifikasi nopol kendaraan dan setelah lancar diapun saya pasrahi untuk menjaga lapak yang di rumah . Dan sayapun membuka kios kecil ini 300 meter dari rumah saya dan Alhamdulillah disini juga ramai “, aku mas Suharno sambil memasang nopol salah satu pelanggannya yang sudah jadi.
Kios Sederhana Bang Harno di Utara Stadion Kamal Junaidi


Ketika ditanya modal yang dibutuhkan untuk membuka usaha modifikasi nopol kendaraan, menurutnya tidaklah banyak justru yang dibutuhkan adalah ketlatenan dan mau belajar. Untuk bahan-bahan yang dibutuhkan adalah cat semprot, plat seng, mur baut dan alat berupa obeng dan bila ingin mengkilat ditambahkan braso.

Jika dihitung bahan dan alatnya tidak ada 1 juta rupiah , yang menghabiskan biaya banyak yaitu pembuatan kios, namun jika tahap awal dapat dibikin yang sederhana saja dulu. Oleh karena itu menurutnya siapa saja bisa membuka usaha modifikasi nopol kendaraan ini , apalagi anak-anak muda yang berjiwa seni.


Menurutnya usaha ini jika ditekuni dengan baik sangatlah menguntungkan , karena dari waktu ke waktu jumlah kendaraan roda dua makin banyak dan kebanyakan pemiliknya para kawula muda yang ingin gaya sehingga jika kendaraannya baru mereka pasti memodif nopol. 

“ Ya semua usaha pasti ada kendalanya , namun usaha ini kendalanya tidak banyak paling ya sepi jika tidak ada orderan pembuatan nopol , oleh karena itu selain modif nopol bisa ditambah usaha lain seperio pembutan stempel dan papan nama atau yang lain. Bagi yang ingin terjun usaha modif nopol ini masih terbuka lebar kesempatannya , jangan takut untuk mencoba “ tambah bang Harno lagi ( FM)