Kamis, 09 April 2015

Bertahan Hidup Dengan Jualan di Emperan Sekolah


Demak – Bagi mbah Tianah (65)  warga desa Kedungmutih RT 12 RW 1 desa Kedungmutih kecamatan Wedung  hidup itu harus dijalani dengan senang hati. Meskipun setiap hari harus kepanasan dan kehujanan namun hal itu tidak dihirauakan asalkan setiap hari bisa mendapatkan uang untuk belanja sehari-hari. Jika tidak keluar rumah berjualan bisa-bisa ia kelaparan karena tak ada beras yang di masak.

“ Saya jualan kayak begini sudah lebih 25  tahun , semenjak saya ditinggalkan suami sayapun kerja jualan makanan seperti ini . Pada waktu itu anak-anak saya masih kecil sekarang sudah berumah tangga semua “, ujar Mbah Tianah pada kabarseputarmuria.com

Dengan berbekal meja bambu sederhana ia membuka lapaknya di emperan MI ( Madrasah Ibtidaiyah ) Ribhul Ulum Kedungmutih. Dagangannya berupa makanan kecil berbagai macam . Seperti roti , manisan , minuman sachet dan juga sosis. Dagangan ia  beli dari pasar desa tidak jauh dari rumahnya.

Peralatan jualan juga ia siapkan setiap hari dengan kereta dorong kecil ia membawa kompor dan tabung gas. Termos air dan beberapa ember plastic untuk meramu makanan kecil untuk anak-anak sekolah. Meskipun jualan di emperan ia memperhatikan kebersihan dan kesehatan.  Untuk air minum ia gunakan air matang , begitu juga minyak untuk menggoreng sosis juga selalu diganti.

Mbah Tianah melayani anak-anak

“ Untung dikit tidak mengapa yang penting makanan yang saya jual sehat. Sehingga saya kalau kulakan selalu berhati-hati memilih makanan yang saya jual. Alhamdulillah selama puluhan tahun lancar-lancar saja “, aku Mbah Tianah dengan jujur.

Dari jualan makanan kecil ini mbah Tianah mengaku bersyukur, meski tidak berlebihan hasilnya. Namun setiap hari bisa mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Selain itu juga bisa memberi jajan cucunya yang sudah mencapai puluhan. Oleh karena itu jika tubuhnya sehat setiap hari ia keluar rumah mencari nafkah.

“ Jam 12 an nanti saya pulang untuk makan dan istrirahat , sekitar jam 2 siang nanti keluar lagi dan mangkal dekat kolam desa sana . Pulang ke  rumah lagi nanti menjelang maghrib “, kata Mbah Tianah lagi.

Saat ini mbah Tianah tinggal sendiri di rumahnya yang sederhana. Penghasilannya sehari-hari hanya cukup  untuk makan saja. Oleh karena itu kondisi rumahnya cukup memprihatinkan . Selain berdinding bamboo lantainya juga masih berupa tanah liat. Jika musim hujan tiba lantainya licin karena air hujan yang masuk.

Ia berharap ada program bantuan bedah rumah dari pemerintah. Beberapa tetangganya ada yang sudah mendapatkan bantuan bedah rumah. Padahal kondisi rumahnya cukup memprihatinkan . Namun oleh aparat pemerintahan desanya tidak ada perhatian sehingga iapun terlewatkan oleh program bedah rumah. (Muin)




2 komentar:

  1. Mengharukan dan inspiratif...

    Tapi tolong diperbaiki tulisannya di paragraf kedua dari ujung... hehe.. "Jika musim hujan tiba lantainya licin karena air hujan uang masuk." mungkin maksudnya "karena air hujan yang masuk."...

    BalasHapus
  2. Semoga mendapat program bedah rumah, Aamiin

    BalasHapus