Demak – Bagi mbah Tianah (65) warga desa Kedungmutih RT 12 RW 1 desa
Kedungmutih kecamatan Wedung hidup itu
harus dijalani dengan senang hati. Meskipun setiap hari harus kepanasan dan
kehujanan namun hal itu tidak dihirauakan asalkan setiap hari bisa mendapatkan
uang untuk belanja sehari-hari. Jika tidak keluar rumah berjualan bisa-bisa ia
kelaparan karena tak ada beras yang di masak.
“ Saya jualan
kayak begini sudah lebih 25 tahun ,
semenjak saya ditinggalkan suami sayapun kerja jualan makanan seperti ini .
Pada waktu itu anak-anak saya masih kecil sekarang sudah berumah tangga semua
“, ujar Mbah Tianah pada kabarseputarmuria.com
Dengan berbekal
meja bambu sederhana ia membuka lapaknya di emperan MI ( Madrasah Ibtidaiyah )
Ribhul Ulum Kedungmutih. Dagangannya berupa makanan kecil berbagai macam .
Seperti roti , manisan , minuman sachet dan juga sosis. Dagangan ia beli dari pasar desa tidak jauh dari
rumahnya.
Peralatan jualan
juga ia siapkan setiap hari dengan kereta dorong kecil ia membawa kompor dan
tabung gas. Termos air dan beberapa ember plastic untuk meramu makanan kecil
untuk anak-anak sekolah. Meskipun jualan di emperan ia memperhatikan kebersihan
dan kesehatan. Untuk air minum ia
gunakan air matang , begitu juga minyak untuk menggoreng sosis juga selalu
diganti.
![]() |
Mbah Tianah melayani anak-anak |
“ Untung dikit
tidak mengapa yang penting makanan yang saya jual sehat. Sehingga saya kalau
kulakan selalu berhati-hati memilih makanan yang saya jual. Alhamdulillah
selama puluhan tahun lancar-lancar saja “, aku Mbah Tianah dengan jujur.
Dari jualan
makanan kecil ini mbah Tianah mengaku bersyukur, meski tidak berlebihan
hasilnya. Namun setiap hari bisa mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Selain
itu juga bisa memberi jajan cucunya yang sudah mencapai puluhan. Oleh karena
itu jika tubuhnya sehat setiap hari ia keluar rumah mencari nafkah.
“ Jam 12 an nanti
saya pulang untuk makan dan istrirahat , sekitar jam 2 siang nanti keluar lagi
dan mangkal dekat kolam desa sana . Pulang ke rumah lagi nanti menjelang maghrib “, kata
Mbah Tianah lagi.
Saat ini mbah Tianah
tinggal sendiri di rumahnya yang sederhana. Penghasilannya sehari-hari hanya
cukup untuk makan saja. Oleh karena itu kondisi rumahnya cukup
memprihatinkan . Selain berdinding bamboo lantainya juga masih berupa tanah
liat. Jika musim hujan tiba lantainya licin karena air hujan yang masuk.
Ia berharap ada
program bantuan bedah rumah dari pemerintah. Beberapa tetangganya ada yang
sudah mendapatkan bantuan bedah rumah. Padahal kondisi rumahnya cukup
memprihatinkan . Namun oleh aparat pemerintahan desanya tidak ada perhatian
sehingga iapun terlewatkan oleh program bedah rumah. (Muin)
Mengharukan dan inspiratif...
BalasHapusTapi tolong diperbaiki tulisannya di paragraf kedua dari ujung... hehe.. "Jika musim hujan tiba lantainya licin karena air hujan uang masuk." mungkin maksudnya "karena air hujan yang masuk."...
Semoga mendapat program bedah rumah, Aamiin
BalasHapus